Museum Nasional Indonesia

Museum Nasional Indonesia

Museum Nasional Indonesia – The National Museum of Indonesia (Indonesian: Museum Nasional), adalah arkeologi, sejarah, etnologis, dan geografis museum yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, tepat di sisi barat Lapangan Merdeka. Dikenal sebagai Museum Gajah (Bahasa Indonesia: Museum Gajah) setelah patung gajah di halaman depannya. Koleksinya yang luas mencakup seluruh wilayah Indonesia dan hampir seluruh sejarahnya. Museum ini telah berupaya melestarikan warisan budaya Indonesia selama dua abad.

Museum Nasional Indonesia

Museum ini dianggap sebagai salah satu museum terlengkap dan terbaik di Indonesia, sekaligus salah satu museum terbaik di Asia Tenggara. Museum ini telah mengawetkan sekitar 141.000 objek, mulai dari artefak prasejarah, arkeologi, numismatik, keramik, etnografi, sejarah, dan koleksi geografi. Tempat ini memiliki koleksi lengkap patung batu periode Hindu-Buddha klasik di Jawa dan Sumatera kuno, serta koleksi keramik Asia yang cukup luas. idn play

Sejarah

Periode Kolonial Belanda

Pada tanggal 24 April 1778, sekelompok intelektual Belanda mendirikan lembaga ilmiah dengan nama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Batavia). Badan swasta ini bertujuan untuk memajukan penelitian di bidang seni dan sains, khususnya dalam sejarah, arkeologi, etnografi dan fisika, serta mempublikasikan berbagai temuannya. Tujuan utama Bataviaasch Genootschap adalah menganalisis aspek budaya dan keilmuan Hindia Timur, termasuk masyarakat dan lingkungan alamnya, dengan memfasilitasi penelitian yang dilakukan oleh para ahli. premium303

Salah satu pendirinya JCM Radermacher mendonasikan sebuah gedung di jalan De Groote Rivier kawasan Batavia Lama, serta koleksi benda budaya dan buku yang sangat berharga untuk memulai sebuah museum dan perpustakaan bagi masyarakat. Pendiri lainnya adalah Jacob de Meijer, Josua van Inperen, Johannes Hooijman, Sirardus Bartlo, Willem van Hogendorp, Hendrik Nicolaas Lacle, Jacobus van der Steeg, Egbert Blomhert, Paulus Gevers, dan Frederik Baron van Wurmb.

Karena koleksi yang semakin banyak, Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles membangun tempat baru yang terletak di belakang Societeit de Harmonie (sekarang Jalan Majapahit No. 3) pada awal abad ke-19 dan menamakannya Masyarakat Sastra. Pada tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun museum baru yang tidak hanya berfungsi sebagai kantor tetapi juga dapat digunakan untuk menyimpan, melestarikan dan memajang koleksi.

Museum ini resmi dibuka pada tahun 1868 dan dikenal dengan sebutan Gedung Gajah (Elephant Building) atau kadang disebut Gedung Arca (Rumah Patung). Disebut Gedung Gajah karena patung gajah perunggu di halaman depan hadiah untuk Batavia dari Raja Chulalongkorn dari Siam pada tahun 1871. Disebut juga Gedung Arca karena berbagai macam patung dari periode yang berbeda dipajang di rumah.

Pada tahun 1931, koleksi museum ditampilkan dalam Pameran Kolonial Dunia di Paris. Sayangnya, kebakaran di ruang pameran merobohkan paviliun pameran Hindia Belanda dan menghancurkan sebagian besar benda. Musium menerima sejumlah uang asuransi sebagai kompensasi dan tahun berikutnya dana tersebut digunakan untuk membangun ruang keramik tua, ruang perunggu, dan kedua ruang harta karun di lantai dua.

Periode Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan Indonesia, pada Februari 1950, lembaga tersebut berganti nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (Lembaga Kebudayaan Indonesia). Pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan dikenal sebagai Museum Pusat. Dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 28 Mei 1979 diubah namanya menjadi Museum Nasional.

Seperempat abad terakhir abad ke-20, naskah museum dan koleksi literatur diserahkan ke Perpustakaan Nasional RI, sedangkan koleksi seni rupa seperti lukisan dipindahkan ke Galeri Nasional.

Pada tahun 1977, terjadi kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk mengembalikan sebagian kekayaan budaya ke Indonesia. Harta berharga tersebut antara lain harta karun Lombok, naskah lontar Nagarakretagama, dan Arca Prajnaparamita Jawa nan elok . Harta karun ini dikirim kembali dari Belanda dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Pada tahun 1980an terdapat kebijakan pemerintah untuk mendirikan Museum Negeri atau Museum Negeri di setiap provinsi di Indonesia. Ide ini menjadi kenyataan pada tahun 1995 ketika semua provinsi di Indonesia memiliki museum negara sendiri. Sejak saat itu, semua temuan arkeologi yang ditemukan di masing-masing provinsi tidak serta merta dibawa ke Museum Nasional di Jakarta, melainkan disimpan dan dipajang di museum negeri provinsi yang terletak di ibukota provinsi. Namun pengecualian berlaku untuk beberapa temuan arkeologi yang sangat penting, seperti Penimbunan Wonoboyo abad ke-10 dan patung perunggu Siwa.

Pada tahun 2007, sebuah bangunan baru di sisi utara dari bangunan yang ada dibuka, menampilkan banyak artefak dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Gedung baru bernama Gedung Arca (Gedung Patung) ini menyediakan sayap pameran baru. Bangunan tua tersebut diberi nama Gedung Gajah (Elephant Building).

Pada 11 September 2013, empat artefak emas berharga dari periode kerajaan Medang Timur abad ke-10 dicuri dari museum. Benda tersebut pertama kali ditemukan di reruntuhan pemandian kerajaan Jalatunda kuno dan di candi-candi di lereng Gunung Penanggungan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Empat artefak yang hilang adalah sebuah plakat emas berbentuk naga, sebuah plakat emas berbentuk bulan sabit dan satu plakat Harihara berwarna perak keemasan, serta sebuah kotak emas kecil. Semua barang yang hilang dipajang bersama dalam etalase kaca yang terletak di dalam artefak emas arkeologi dan ruang harta karun di lantai dua gedung Gedung Gajah (sayap tua).

Saat ini terdapat dua bangunan utama museum, Gedung A (Gedung Gajah atau sayap lama) di sebelah selatan, dan Gedung B (Gedung Arca atau sayap baru) di sebelah utara. Bangunan ketiga, Gedung C direncanakan sebagai perluasan rumah dan pelestarian koleksi museum yang sangat luas. Pada 2017, sayap lama atau Gedung Gajah sedang dalam renovasi besar-besaran, sedangkan Gedung C sedang dibangun.

Dalam kunjungan kenegaraan Kerajaan Belanda ke Indonesia pada Maret 2020, Raja Willem-Alexander mengembalikan keris Pangeran Diponegoro ke Indonesia yang diterima oleh Presiden Joko Widodo. Hari ini dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta adalah pemimpin karismatik dari pemberontakan massal melawan pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah, yang dikalahkan dan ditawan setelah berakhirnya Perang Jawa pada tahun 1830.

Kerisnya telah lama dianggap hilang, tetapi kini telah ditemukan, setelah diidentifikasi oleh Museum Etnologi Nasional Belandadi Leiden. Belati Jawa bertatahkan emas yang luar biasa yang sebelumnya disimpan sebagai Koleksi Negara Belanda, kini menjadi bagian dari koleksi Museum Nasional Indonesia.

Koleksi

Museum ini memiliki koleksi 61.600 artefak prasejarah dan antropologi, serta 5.000 artefak arkeologi dari seluruh Indonesia dan Asia. Koleksi museum ini termasuk yang terkaya, terlengkap, dan terbaik dari jenisnya di Indonesia dan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara.

Museum memperoleh koleksinya melalui berbagai cara, antara lain melalui ekspedisi ilmiah, penggalian situs arkeologi, perolehan koleksi pribadi, hadiah dari pengunjung terkemuka, benda-benda sumbangan misi keagamaan; seperti artefak etnologis yang diperoleh Christian Zending dan Catholic Missions, serta harta karun yang diperoleh dari sejumlah kampanye militer Hindia Belanda melawan kerajaan dan politik pribumi di Nusantara.

Museum Nasional Indonesia

Harta karun antara lain dari Jawa, Aceh, Lombok dan Bali yang diperoleh melalui ekspedisi militer kolonial Belanda, juga dibuat untuk koleksi Batavian Society dan Museum Leiden, dan hari ini diwarisi oleh Museum Nasional. Museum ini memiliki koleksi lengkap patung batu periode Hindu-Budha klasik di Jawa dan Sumatera kuno, kaleidoskop dari koleksi artefak etnografi Indonesia yang sangat beragam, serta koleksi keramik Asia yang cukup banyak.

Koleksi tembikar dan keramik museum khususnya sangat luar biasa, dengan koleksi keramik China yang berasal dari Han (abad ke-2 SM) hingga zaman Qing (abad ke-18), dilengkapi dengan keramik dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara serta tembikar lokal Indonesia, itu memang koleksi keramik terbesar di Asia Tenggara.

Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta – The History Museum Jakarta (Indonesia: Museum Sejarah Jakarta), juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia, terletak di kota tua (dikenal sebagai Kota Tua) dari Jakarta, Indonesia. Bangunan tersebut dibangun pada tahun 1710 dengan nama Stadhuis (balai kota) Batavia. Museum Sejarah Jakarta dibuka pada tahun 1974 dan memamerkan benda-benda dari periode prasejarah wilayah kota, berdirinya Jayakarta pada tahun 1527, dan masa penjajahan Belanda dari abad ke-16 hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Museum Sejarah Jakarta

Museum ini terletak di sisi selatan Alun-alun Fatahillah (bekas alun-alun kota Batavia) dekat Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Bangunan itu diyakini meniru model Istana Dam. idnplay

Sejarah

VOC

Bangunan tempat berdirinya museum ini dulunya adalah Balai Kota Batavia, Stadhuis. Stadhuis pertama diselesaikan pada tahun 1627 di lokasi gedung yang sekarang. Pembangunan gedung ini dilanjutkan pada tahun 1649. Pada tahun 1707, gedung ini direnovasi secara keseluruhan, yang menghasilkan bangunan yang sekarang. Beberapa ciri bangunan sekarang berasal dari tahun ini, termasuk serambi. Renovasi selesai pada tahun 1710 dan gedung tersebut diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sebagai markas administrasi Perusahaan Hindia Timur Belanda. https://www.premium303.pro/

Pemerintah Kolonial Belanda

Menyusul kebangkrutan Perusahaan Hindia Timur Belanda, gedung ini diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda dan digunakan sebagai balai kota pemerintah kolonial. Karena kota terus berkembang ke arah selatan, fungsi bangunan sebagai balai kota (gemeentehuis Belanda) berakhir pada tahun 1913.

Pasca Kemerdekaan

Setelah proklamasi Indonesia pada tahun 1945, gedung tersebut digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat hingga tahun 1961, ketika Jakarta dinyatakan sebagai otonomi merdeka. Selanjutnya gedung tersebut digunakan sebagai markas KODIM 0503 Jakarta Barat.

Pada tahun 1970, Lapangan Fatahillah ditetapkan sebagai Warisan Budaya. Upaya ini merupakan awal dari pengembangan kawasan sejarah Kota Jakarta yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Museum Sejarah Jakarta ditetapkan sebagai museum pada tanggal 30 Maret 1974 sebagai pusat koleksi, konservasi dan penelitian segala jenis benda cagar budaya yang berkaitan dengan sejarah Kota Jakarta.

Arsitektur

Bangunan ini terletak di depan sebuah lapangan umum, yang dulu dikenal dengan Stadhuisplein, yaitu Alun-alun Balai Kota. Alun-alun tersebut sekarang dikenal sebagai Alun-Alun Fatahillah (Bahasa Indonesia: Taman Fatahillah). Di tengah alun-alun terdapat air mancur yang digunakan sebagai sumber air pada masa kolonial. Di alun-alun juga terdapat meriam Portugis (dikenal dengan sebutan Meriam Si Jagur) dengan ornamen tangan berbentuk fico gesture, yang diyakini oleh masyarakat setempat dapat menyebabkan kesuburan pada wanita. Alun-alun tersebut juga digunakan sebagai tempat eksekusi.

Skala bangunan yang besar dengan balok kayu besar dan pita lantai. Bangunan itu berisi 37 kamar berornamen. Ada juga beberapa sel yang terletak di bawah serambi depan yang digunakan sebagai ruang bawah tanah, yang berfungsi hingga tahun 1846. Seorang pejuang kemerdekaan Jawa Pangeran Diponegoro, yang ditangkap secara licik, dipenjarakan di sini pada tahun 1830 sebelum dibuang ke Manado, Sulawesi Utara. Bangunan itu dimodelkan setelah Paleis op de Dam di Amsterdam. Kemiripannya termasuk kubah kubah yang menaungi struktur dan proporsi khas balai kota Belanda abad ke-17.

Koleksi

Museum Sejarah Jakarta memiliki koleksi sekitar 23.500 benda, beberapa di antaranya merupakan peninggalan dari Museum de Oude Bataviasche (kini Museum Wayang ). Koleksinya meliputi benda-benda dari Perusahaan Hindia Belanda, peta bersejarah, lukisan, keramik, furnitur, dan benda purbakala dari zaman prasejarah seperti prasasti kuno dan pedang. Museum Sejarah Jakarta juga menyimpan koleksi furnitur bergaya Betawi terkaya dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Koleksinya terbagi menjadi beberapa ruangan seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Kamar Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, danRuang MH Thamrin.

Museum ini juga berisi replika Prasasti Tugu (asli yang ada di Museum Nasional) dari zaman Raja Agung Purnawarman, yang menjadi bukti bahwa pusat Kerajaan Tarumanegara terletak di sekitar pelabuhan Tanjung Priok di pesisir pantai. Jakarta. Ada pula replika peta Monumen Padrao Portugis abad ke-16, bukti sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa kuno.

Museum Sejarah Jakarta

Konservasi

Museum itu ditutup sementara pada Juli 2011 untuk konservasi. Kegiatan konservasi yang dilakukan dengan bantuan dari pemerintah Belanda dilakukan mulai tahun 2012 dan renovasi selesai pada Februari 2015. “Ruang Konservasi” baru ditambahkan pada saat renovasi, yang menunjukkan visi dan misi JOTR (Kota Tua Jakarta). Terlahir kembali untuk masa depan Batavia Lama.

Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa – The Ambarawa Railway Museum, (Indonesia: Museum Kereta Api Ambarawa, resmi bernama Indonesian Railway Museum oleh Perusahaan Kereta Api Indonesia) adalah museum yang terletak di Ambarawa di Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berfokus pada koleksi lokomotif uap, sisa-sisa penutupan jalur kereta api 3 ft 6 in (1.067 mm).

Museum Kereta Api Ambarawa

Bangunan Museum dan Lokasi

Ambarawa adalah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan pembangunan stasiun kereta api baru agar pemerintah bisa mengangkut pasukannya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 127.500 m². Ini dikenal saat itu sebagai Stasiun Willem I. Jalan ini selesai bersamaan dengan jalur Kedungjati-Bringin-Tuntang-Ambarawa. idnpoker

Bangunan stasiun terdiri dari dua bangunan utama untuk ruang tunggu dan ruang induk stasiun. Stasiun kereta api Willem I awalnya merupakan titik transhipment antara 4 ft 8 Cabang pengukur 1 ⁄ 2 in (1.435 mm) dari Kedungjati ke timur laut dan garis pengukur 3 ft 6 in (1.067 mm) ke depan menuju Yogyakarta melalui Magelang ke selatan. Masih mungkin untuk melihat bahwa kedua sisi stasiun dibangun untuk menampung kereta dengan ukuran yang berbeda. hari88

Pada 8 April 1976, Stasiun Kereta Api Ambarawa secara resmi diubah menjadi Museum Kereta Api Ambarawa oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah saat itu Supardjo Rustam. Museum ini menyimpan lokomotif uap, yang kemudian akan habis masa pakainya ketika rel kereta api ukuran 3 ft 6 in (1.067 mm) milik Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) ditutup. Ini diparkir di udara terbuka di sebelah stasiun asli. Pada tahun 2010, bangunan Museum Kereta Api Ambarawa dijadikan sebagai bangunan heritage.

Jalur Kereta

Garis pengukur 3 ft 6 in (1.067 mm) menuju Yogyakarta (berjalan kira-kira barat daya dari Ambarawa) menjadi perhatian khusus karena berisi bagian rel kereta api antara Jambu dan Secang, satu-satunya operasi semacam itu di Jawa. Jalur di luar Bedono ini ditutup pada awal 1970-an setelah rusak akibat gempa bumi, tetapi telah kehilangan sebagian besar lalu lintas penumpangnya ke bus di jalan paralel. Jalur dari Kedungjati (awalnya berjalan ke timur dari Ambarawa) bertahan hingga pertengahan tahun 1970-an tetapi melihat sangat sedikit lalu lintas menjelang akhir, paling tidak karena jauh lebih cepat untuk melakukan perjalanan lebih langsung melalui jalan darat ke Semarang. Adanya jalur rak berarti bahwa mungkin tidak pernah ada banyak lalu lintas dari Semarang ke Yogyakarta.

Layanan

Saat ini terdapat KA heritage yang beroperasi antara Ambarawa Bedono yang dioperasikan dengan lokomotif uap. Selain itu, juga terdapat jalur kereta wisata antara Ambarawa Tuntang.

Koleksi

Museum mengumpulkan 21 lokomotif uap. Saat ini empat lokomotif sedang beroperasi. Koleksi lain dari museum ini termasuk telepon tua, peralatan telegraf Morse, peralatan lonceng dan sinyal tua, dan beberapa perabotan antik. B2502, salah satu dari tiga lokomotif yang masih aktif. Beberapa lokomotif uap adalah 2 B25 kelas 0-4-2RT B2502 dan B2503 yang berasal dari armada asli 5 yang dipasok ke jalur sekitar 100 tahun yang lalu (lokomotif ketiga, B 2501, disimpan di sebuah taman di kota dekat).

Museum Kereta Api Ambarawa

Kelas E10 0-10-0RT E1060 yang semula dikirim ke Sumatera Barat pada tahun 1960-an untuk pengerjaan KA batubara, namun dibawa ke Jawa, kemudian dikembalikan lagi ke Sawahlunto, dan lokomotif konvensional 2-6-0T C1218 yang dipugar menjadi pesanan kerja pada tahun 2006, tetapi dipindahkan ke Solo untuk bekerja sebagai kereta wisata, bernama Sepur Kluthuk Jaladara.

Museum ini juga memiliki shunter diesel kecil D300 kelas 0-8-0D D300 23, yang sebelumnya berbasis di Cepu, derek UH-295 tua dari Semarang, dan B51 kelas 4-4-0 B5112 yang baru direstorasi khusus untuk jalur Ambarawa-Tuntang. Koleksi lokomotif lainnya adalah tipe C1240, C1603, C2821, dan CC5029.

Museum Seni Modern Internasional Pertama Di Indonesia Yang Dibuka pada 2017

Museum Seni Modern Internasional Pertama Di Indonesia Yang Dibuka pada 2017

Museum Seni Modern Internasional Pertama Di Indonesia Yang Dibuka pada 2017 – Museum pertama di Indonesia yang didedikasikan untuk seni modern dan kontemporer internasional dijadwalkan dibuka pada awal 2017 di ibu kota, Jakarta. Lembaga swasta akan diberi nama Museum MACAN, untuk Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara, istilah Indonesia untuk nusantara. Itu dibangun dan dibiayai oleh pengusaha dan kolektor Indonesia Haryanto Adikoesoemo.

Thomas J. Berghuis, yang sebelumnya menjadi kurator seni China di Museum Guggenheim di New York, telah dipekerjakan sebagai direktur museum, yang akan bergabung dengan kancah seni yang berkembang di Indonesia yang mencakup jaringan galeri yang berkembang, ruang seni independen, seniman ‘komunitas dan acara seperti Jakarta Biennale dan festival ArtJog tahunan. idn poker

“Saya ingin Museum MACAN mengembangkan dan memajukan pemahaman orang Indonesia tentang seni dan apresiasi seni,” kata Adikoesoemo pada hari Sabtu melalui telepon dari Singapura, di mana dia menghadiri Art Stage Singapore, sebuah pameran seni internasional tahunan. “Saya juga ingin museum ini membantu pertukaran penyerbukan silang dengan Indonesia dan dunia, untuk menyediakan platform bagi seni Indonesia secara internasional dan membawa seni internasional ke Indonesia.” https://3.79.236.213/

Museum seluas 43.000 kaki persegi yang saat ini sedang dibangun akan berlokasi di luar pusat kota di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ini akan menempati satu lantai gedung dalam proyek pengembangan yang lebih besar yang akan mencakup perkantoran, apartemen, hotel dan area ritel. Bapak Adikoesoemo mengatakan pendapatan dari bagian lain dari pembangunan akan digunakan untuk pengoperasian museum.

Dalam membuat pameran dan pemrograman untuk museum, Mr. Berghuis dan timnya akan memiliki akses ke koleksi sekitar 800 karya seni modern dan kontemporer Mr. Adikoesoemo. Koleksinya, dibangun selama 25 tahun, sekitar 40 persen seni dari Indonesia, 35 persen seni dari Amerika Serikat dan Eropa Barat, dan 25 persen seni dari kawasan Asia yang lebih besar.

Seniman dalam koleksinya antara lain tokoh Indonesia seperti Raden Saleh dan Affandi serta seniman internasional seperti Gerhard Richter, Anish Kapoor, Jeff Koons dan Frank Stella. Museum ini akan fokus pada pertukaran antara Indonesia dan dunia seni internasional, menurut Berghuis, yang timnya juga berencana untuk membuat karya baru.

“Saya tahu tentang Haryanto dari dunia kuratorial dan seni di Indonesia, dan ketika kami pertama kali mulai berbicara, saya tahu ini akan menjadi inisiatif yang serius, bukan proyek yang sia-sia,” kata Berghuis pada hari Sabtu, juga melalui telepon dari Singapura. “Ada seniman kunci yang terikat dengan gerakan utama dalam koleksi, dan yang penting bagi saya adalah Anda dapat mendidik dengan itu.”

Museum Seni Modern Internasional Pertama Di Indonesia Yang Dibuka pada 2017

Pendidikan akan menjadi komponen kunci dari museum, kata Berghuis, dengan penekanan pada sejarah seni dan penelitian. Bapak Adikoesoemo adalah presiden direktur PT AKR Corporindo, sebuah perusahaan kimia dan logistik energi yang berbasis di Indonesia, dan presiden AKR Land Development, sebuah pengembang properti mewah. Sejak 2015, ia menjabat sebagai dewan pengawas di Hirshhorn Museum and Sculpture Garden di Washington, DC “Lingkungan koleksi pribadi di Jakarta berkembang dengan sangat baik, tetapi lebih sering fokusnya adalah pada seni kontemporer Indonesia,” kata Melissa Chiu, direktur Hirshhorn. “Haryanto luar biasa karena dia sudah bertahun-tahun mengoleksi seni internasional bersama seni Indonesia, jadi ini benar-benar langkah selanjutnya baginya. Ini langkah yang berani.”